Idul fitri merupakan hari penting umat Islam. Hari dimana umat Islam merayakan kemenangan setelah sebulam lamanya berpuasa. Berdasarkan pengumuman resmi pemerintah RI, di Indonesia 1 Syawal 1441 H jatuh pada hari Ahad tanggal 24 Mei 2020.
Idul fitri dirayakan dengan penuh suka cita. Masyarakat tumpah ruah menggemakan takbir dan melaksanakan salat Id. Serangkaian silaturahmi dilakukan pada itu. Momen bermaafan dan berkumpul bersama tak pernah terlewat dalam menyambut makna Idul Fitri.
Idul fitri memiliki sejumlah makna. Idul Fitri memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban berpuasa itu sendiri yaitu manusia yang bertaqwa. Idul fitri berasal dari dua kata "id" dan "al-fitri". Id secara bahasa berasal dari kata aada – ya’uudu, yang artinya kembali. Hari raya disebut ‘id karena hari raya terjadi secara berulang-ulang, dimeriahkan setiap tahun, pada waktu yang sama.
Ada juga yang mengatakan, kata id merupakan turunan kata Al-dah, yang artinya kebiasaan. Hal ini karena masyarakat telah menjadikan kegiatan ini menyatu dengan kebiasaan dan adat mereka.
Sementara kata fitri memiliki dua makna yang berbeda menurut beberapa pendapat. Kata fitri bisa berarti "berbuka puasa" dan "suci"
Adapun fitri yang berarti buka puasa berdasarkan akar kata ifthar (sighat mashdar dari aftharo – yufthiru) dan berdasar hadis Rasulullah SAWyang artinya :
”Dari Anas bin Malik: Tak sekali pun Nabi Muhammad SAW. Pergi (untuk shalat) pada hari raya Idul Fitri tanpa makan beberapa kurma sebelumnya." Dalam Riwayat lain: "Nabi SAW. Makan kurma dalam jumlah ganjil." (HR Bukhari).
Sedangkan kata Fitri yang berarti suci, bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, keburukan berdasarkan dari akar kata fathoro-yafthiru dan hadis Rasulullah SAW yang artinya"
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (Muttafaq ‘alaih). Barangsiapa yang shalat malam di bulan Ramadhan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridha Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq ‘alaih).
Makna Idul Fitri juga dapat digambarkan sebagai kembalinya seseorang kepada keadaan suci, atau keterbebasan dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, dan keburukan sehingga berada dalam kesucian atau fitrah.
Di Indonesia, Idul Fitri dikenal dengan istilah Lebaran. Lebaran berasal dari istilah Jawa yang berarti lebar-lebur-luber-labur. Lebar artinya seseorang akan bisa terbebas / terlepas dari kemaksiatan. Lebur artinya lebur dari dosa.
Luber artinya luber dari pahala, luber dari keberkahan, luber dari rahmat Allah SWT. Labur artinya bersih sebab bagi orang yang benar-benar melaksanakan ibadah puasa, maka hatinya akan dilabur menjadi putih bersih tanpa dosa.
Saat lebaran, biasanya ada hidangan khas yaitu ketupat. Dalam istilah Jawa, ketupat diartikan dengan ngaku lepat alias mengaku kesalahan, bentuk segi empat dari ketupat mempunyai makna kiblat papat lima pancer yang berarti empat arah mata angin dan satu pusat yaitu arah jalan hidup manusia dimana puastnya adalah Allah SWT.
Warna putih ketupat ketika dibelah melambangkan kebersihan setelah bermaaf-maafan. Butiran beras yang dibungkus dalam janur merupakan simbol kebersamaan dan kemakmuran. Janur yang ada di ketupat berasal dari kata jaa-a al-nur bermakna telah datang cahaya. Anyaman pada ketupat diharapkan memberikan penguatan satu sama lain antara jasmani dan rohani.
Ketupat biasanya juga disajikan bersama lauk atau makanan bersantan. Ternyata santan ini juga punya makna tersendiri, lho. Makna filosofis santan atau santen yang ada di masakan ketupat adalah pangapunten atau memohon maaf. Dengan demikian ketupat ini hanyalah simbolisasi yang mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampun dari segala kesalahan hal ini merupakan makna filosofis dari warna putih ketupat jika dibelah menjadi dua.
Selanjutnya, sebagai orang yang menang orang yang berhasil, dalam konteks ini menjadi orang yang bertakwa, kita harus dapat menerapkan nilai-nilai ramadhan pada 11 bulan berikutnya. Nilai-nilai tersebut ialah.
Pertama, kecerdasan emosional.
Puasanya mendidik kita untuk memiliki karakter positif, diantaranya nilai-nilai kesabaran, disiplin, pengendalian diri, serta memiliki rasa simpati dan empati. Hendaknya, nilai-nilai tersebut dapat diterapkan pasca berakhirnya ramadhan. Karater pengendalian diri ini penting agar kita tidak memiliki sikap dan perbuatan lanjutan ketika kita tidak bisa mengendalikan diri.
Kedua, kejujuran.
Puasa merupakan ibadah individu antara dirinya dengan Allah SWT. Hanya dirinya yang tahu misalnya, apakah dia batal atau tidak secara kasat mata. Sebab bila ia jujur, tentu akan menjaga puasanya agar tetap utuh dan tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Kejujuran dilatih saat bulan puasa. Karakteri ini dewasa ini diistilah dengan integritas, yakni suatu kondisi baik dan benar yang sama (selaras) antara ucapan, tindakan dan pikirin.
Ketiga, menjadi pembelajar.
Ayat al-quran pertama turun diturunkan pada saat bulan ramadhan, iqra yang berarti bacalah. Ayat tersebut berbentuk fiil amar yang memiliki makna perintah. Ini menandakan bahwa penting menjadi pembelajar adalah sesuatu yang diharapkan dilakukan oleh umat Islam. Dalam sebuah keterangan disebutkan, kita ditinggikan derajat bila memiliki ilmu.
Keempat, kesetaraan.
Puasa mengajarkan kesetaraan. Siapa pun dia, kaya atau miskin, pejabat atau rakyat jelata, jenderal atau maupun orang yang tidak berpangkat, semua melaksanakan ibadah puasa dengan tatacara dan jam yang sama. “Siapa pun dia, jadwal puasanya dimulai ketika terbit fajar/Shubuh, misalnya jam 04.20, dan berbuka puasa ketika terdengar bedug Maghrib, misalnya 17.41. Karakter ini penting kita tingkatkan agar tidak menjadi orang yang ujub dan kibr.
Kelima, disiplin.
Puasa mendidik kedisiplinan. “Orang yang berpuasa setiap hari berlatih disiplin. Misalnya, bangun tidur pukul 03.30, lalu qiyamullail selama setengah jam, setelah makan sahur bersama keluarga, lalu Shuhuh berjamaah, tadarus Alquran, shalat Dhuha dan seterusnya. Puasa melatih untuk menjadikan semua itu sebagai habit atau kebiasaan hidup sehari-hari. Disiplin merupakan karakter penting dalam menjalani kehidupan. (Wallahu'alam - Disarikan dari berbagai sumber)
All Comments
No Comments
Your Comment