img

Akidah pada masa sahabat

  • 08 Sep 2020 08:26
  • Ilmu Kalam

Masa sahabat khususnya pada zaman pemerintahan Khalifah Abu Bakar ash Shiddiq (11-13 H), dan pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab (13-23 H), pembahasan masalah masalah akidah belum muncul. Mereka merumuskan ajaran 

akidah sebagaimana yang diajarkan Rasulullah Saw. dan mereka juga memahami ayat-ayat dengan makna apa adanya, tanpa memberikan penta’wilan. Oleh sebab itu 

selama kurang lebih dua dekade ini, nyaris tidak ada persoalan-persoalan serius dalam 

masalah akidah.Akan tetapi setelah Khalifah Utsman bin Affan (23-35 H) melakukan perubahan dalam sistem administrasi pemerintahannya timbul kekacauan politik, yang 

mencapai klimaks pada masa pemerintah Khalifah Ali bin Abi Thalib, sehingga terjadi perang saudara dan mengakibatkan umat Islam terpecah belah. Perpecahan 

politik ini menimbulkan akibat munculnya berbagai pemikiran teologi, sehingga berkembang perdebatan-perdebatan panjang dan menimbulkan berbagai aliran dalam 

ilmu kalam. Namun yang menjadi catatan bahwa khalifah Ali sendiri beserta sahabat besar yang lain terus mempertahan akidah sebagaimana diwariskan Rasulullah Saw. Khalifah Ali juga memahami ayat-ayat dengan makna apa adanya, tanpa memberikan 

penta’wilan. Beliau berkata: 

“Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat, dan Dia Allah sekarang -setelah menciptakan tempat- tetap sebagaimana pada sifat-Nya yang azali; ada tanpa tempat” (Diriwayatkan oleh al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi dalam al-Farq Bain al-Firaq, h. 333). Beliau juga berkata: “Sesungguhnya Allah menciptakan ‘arsy (makhluk Allah yang paling besar bentuknya) untuk menampakan kekuasaan-Nya,bukan untuk menjadikan tempat bagi Dzat-Nya” (Diriwayatkan oleh al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi dalam al-Farq Bain al-Firaq, h. 333).

All Comments

No Comments

Your Comment

Sponsor

Categories

Top News

Tags

Share Links