Ramadhan 1441 telah berlalu. Kini refeleksi nilai-nilai pendidikan di bulan ramadhan harus mewarnai bulan-bulan berikutnya.
Ibadah puasa, sebagaimana tertulis dalam Qs al-Baqarah ayat 183 adalah membentuk pribadi yang bertakwa.
Secara lughah (bahasa), takwa berarti: takut atau mencegah dari sesuatu yang dibenci dan dilarang. Sedangkan menurut istilah, terdapat pelbagai pengertian mengenai takwa. Ibn Abbas mendefinisikan, taqwa adalah takut berbuat syirik kepada Allah dan selalu mengerjakan ketaatan kepada-Nya. [tafsir Ibn Katsir, hal. 71]
Imam Qurthubi mengutip pendapat Abu Yazid al-Bustami, bahwa orang yang bertakwa itu adalah: "Orang yang apabila berkata, berkata karena Allah, dan apabila berbuat, berbuat dan beramal karena Allah." Abu Sulaiman Ad-Dardani menyebutkan: "Orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang kecintaan terhadap hawa nafsunya dicabut dari hatinya oleh Allah." [Al-Jami li Ahkamil Qur'an, 1/161]. Sedangkan Imam Ibn Qayyim al-Jauziyyah menegaskan, bahwa hakikat taqwa adalah taqwa hati, bukan takwa anggota badan." [lihat: Ibn Qayyim al-Jauziyyah, kitab al-Fawaid, hal.173]
Umumnya, para ulama mendefinisikan taqwa sebagai berikut: "Menjaga diri dari perbuatan maksiat, meninggalkan dosa syirik, perbuatan keji dan dosa-dosa besar, serta berperilaku dengan adab-adab syariah." Singkatnya, "Mengerjakan ketaatan dan menjauhi perbuatan buruk dan keji." Atau pengertian yang sudah begitu populer, taqwa adalah melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya.
Ada sejumlah alasan kenapa kita haru bertakwa.
pertama, bagi siapa saja yang bertaqwa kepada-Nya, maka akan dibukakan baginya jalan keluar ketika menghadapi pelbagai persoalan hidupnya. (QS Ath-Thalaq: 2).
Kedua, memperoleh rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka (QS At-Thalaq:3). Ketiga, dimudahkan segala urusannya (QS Al-Thalaq:4). Kelima, diampuni segala dosa dan kesalahannya, dan bahkan Allah SWT. akan melipatgandakan pahala baginya (QS Al-Thalaq: 5).
Keenam, orang yang bertaqwa tidak akan pernah merasa takut, mengeluh, was-was dan sedih hati (QS Yunus: 62-63). Ketujuh, mereka yang bertaqwa akan memperoleh berita gembira (al-busyra), baik di dunia maupun di akhirat (QS Yunus: 64).
Lantas apa saja ciri orang bertakwa. Dalam surat Ali Imran ayat 133 sd 135 disebutkan bahwa ada empat kecerdasan sebagai ciri orang yang bertakwa.
Pertama, kecerdasan spiritual. Orang yang bertakwa selalu bersegara dalam berbuat kebajikan dan mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan beragam jenis ibadah. Dibuktikan pula dengan mengingat Allah apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, serta bersegara memohon ampun terhadap dosa-dosa tersebut.
Kedua, kecerdasan finansial. Orang yang bertakwa selalu orang-orang yang menafkahkan (hartanya) atau bersedakah, baik di waktu lapang maupun sempit. Ia membelanjakan hartanya di jalan Allah, baik waktu berkecukupan maupun dalam waktu kekurangan, mereka memberikannya dengan kesungguhan hati dan keikhlasan hanya karena Allah.
Ketiga, kecerdasan emosional. Orang yang bertakwa selalu dapat mengendalikan diri dari amarahnya. Ia selalu dapat mengekang dan menahan amarahnya, walaupun dia mampu untuk membalasnya, karena kekuasaan atau kekuatannya.
Keempat, kecerdasan sosial. Orang yang bertakwa selalu memaafkan (kesalahan) orang. Walaupun dapat membalas perbuatan jahat orang lain, namun justru Ia memaafkannya atas kesadaran hati hanya karena mengharapkan ridho Allah semata.
Di samping memberikan dorongan, janji-janji yang terkandung dalam ayat-ayat di atas juga menjelaskan tentang keutamaan tawawa dan fungsinya dalam mengatasi problematika kehidupan seorang muslim. Oleh sebab itu, tidak semestinya bagi seorang muslim atau mukmin memandang remeh mengenai takwa. Takwa berfungsi sebagai bekal hidup yang paling esensial dan substansial.
Semoga dengan telah berlalunya bulan ramadhan, meningkatkan derajat ketakawaan kita di hadapan Allah SWT dengan merefeksikannya pada bulan-bulan selanjutnya. (Disarikan dari berbagai sumber).
.jpg)
All Comments
No Comments
Your Comment